Kata delusi mulai digunakan sejak
sekitar tahun 1400-an pada peradaban Barat di Eropa. Kata delusi atau dalam
bahasa latin delusio berasal dari
kata kerja deludere, yang artinya
membuat tipu muslihat, menipu, mencurangi. Delusi sendiri adalah suatu kondisi
seseorang yang tidak dapat membedakan antara sesuatu hal nyata dan tidak nyata.
Akan menganggap apa yang dialami, dilihat, dan didengar benar-benar terjadi
walaupun sudah terbukti bahwa hal yang diyakininya berbeda dengan kenyataan
serta akan berusaha meyakinkan orang lain bahwa hal tersebut fakta. Penderita
akan tetap teguh pada pemikirannya, tidak dapat diganggu gugat.
Delusi ini salah satu ciri khas dari
gangguan mental; psikosis, skizofrenia,
gangguan pribadi, bipolar, demensia, dan terkadang terjadi pada
orang yang depresi atau parkinson.
Dengan kata lain delusi adalah salah satu jenis gangguan mental serius atau
dikenal dengan istilah psikosis. Psikosis ini biasanya ditandai adanya
ketidaksinambungan antara pemikiran, imajinasi, dan emosi dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Perlu diketahui bahwa psikosis
jauh berbeda dengan psikopat. Psikosis cenderung berperilaku membahayakan
atau menyakiti dirinya sendiri, sedangkan psikopat
atau penderita gangguan kepribadian anti sosial cenderung membahayakan dan
menyakiti orang lain.
Tidak ada yang tahu pasti penyebab
dari delusi. Namun, ada beberapa faktor pendorong antara lain keturunan atau
genetik, biologis, lingkungan, psikologis, penyalahgunaan obat-obatan,
mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau fungsi otak tidak
normal seperti penderita penyakit parkinson,
huntington, demensia, stroke, serta kelainan kromosom. Beberapa jenis
delusi yaitu yang pertama delusion of
influence, yaitu seseorang percaya bahwa pikiran dan perilaku mereka di
kontrol oleh orang lain. Kedua delusion
of persecution, yaitu seseorang percaya bahwa orang lain berusaha untuk
menyakitinya, dengan kata lain kemanapun dia pergi atau bertemu dengan
orang-orang memiliki pemikiran negatif, dikenal dengan istilah negative thinking.
Ketiga delusion of reference, yaitu seseorang percaya bahwa sebuah
kejadian yang terjadi memiliki makna yang spesial dan diarahkan kepadanya
secara khusus, seperti ketika terjadi gerhana orang tersebut meyakini bahwa ia
akan memiliki kekuatan tertentu. Keempat grandiose
delusion, yaitu seseorang percaya bahwa dirinya merupakan figure yang sangat penting atau lebih
tinggi dari seharusnya dan meyakini akan kekuasaan, kecerdasan, identitas
tinggi, serta meyakini bahwa dirinya telah melakukan penemuan penting atau
talenta spesial yang memiliki relasi khusus dengan figure hebat seperti hubungan dengan presiden, selebritas terkenal,
ataupun tokoh hebat lainnya. Padahal kenyataannya tidak demikian.
Kelima somatic delusion, yaitu seseorang percaya bahwa bagian tubuhnya
telah dimanulatif dari luar. Keenam nihilisme,
yaitu seseorang percaya bahwa dunia dirinya dan keseluruhan yang ada telah
hilang atau musnah tidak berarti, seseorang yang mengalami delusi seperti ini
sering menyatakan bahwa dirinya telah mati atau dirinya tidak ada dimana-mana.
Ketujuh delusion of love, yaitu
seseorang percaya bahwa dirinya memiliki hubungan spesial dengan tokoh terkenal
seperti artis.
Delusion of love inilah yang harus dihindari dengan
keras, karena hal ini dapat mengakibatkan masalah fatal dan kemungkinan besar
di kondisi saat ini yang kebanyakan di rumah, tidak melakukan apa-apa. Misalnya
seseorang yang terlalu fanatik mengidolakan idolanya, sampai dirinya menganggap
telah memiliki hubungan khusus secara pribadi. Sehingga ketika idolanya
melakukan yang tidak disukainya akan membuat dirinya marah ataupun membully idolanya, dan yang lebih
parahnya dirinya akan mengatur apapun yang menyangkut idolanya serta akan
menjadi mata-mata mengikuti kegiatan keseharian idolanya. Selain itu, delusion of love yang dapat dikatakan
ringan yaitu seseorang kebanyakan nonton televisi atau gadget hingga lupa dunia nyata. Hal ini juga dapat membentuk
seseorang tidak dapat membedakan dunia maya dengan dunia nyata.
Delusi berbeda dengan ilusi dan
halusinasi. Ilusi merupakan suatu kondisi rangsangan diperoleh dari panca
indera yang disalah artikan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini dapat
dialami oleh orang yang sehat, umumnya terjadi pada penderita skizofrenia. Misalnya
penglihatan dapat melihat benda dengan ukuran yang lebih besar atau kecil dari
ukuran sebenarnya, dan pendengaran menyalahartikan bunyi-bunyi yang didengar
seperti mendengar orang berlari padahal berjalan biasa. Contoh orang yang
mengalami ilusi penglihatan seperti merasa melihat hewan tertentu lewat di
depannya, padahal pada kenyataannya yang lewat hanyalah orang sedang bersepeda
atau naik motor. terkadang juga orang yang mengalami ilusi bisa melihat suatu
benda dengan ukuran yang lebih besar atau lebih kecil daripada ukuran
sebenarnya. Contoh lain pada ilusi pendengaran, seperti orang yang mengalami
ilusi pendengaran dapat merasa mendengar suara orang berlari namun sebenarnya
orang tersebut hanya berjalan.
Sedangkan halusinasi adalah
perpaduannya, gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, melihat,
mencium, dan merasa sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Tidak seperti ilusi yang
merupakan kesalahan dalam persepsi panca indera, sensasi pada halusinasi
diciptakan oleh pikiran sendiri tanpa adanya sumber yang nyata. Serta
halusinasi dominan merasa takut.
Seseorang dapat dikatakan menderita
gangguan delusi apabila mengalami gejala delusi setidaknya satu bulan. Gejala
umum terjadi adalah mudah marah dan emosinya tidak stabil. Gangguan ini dapat
bertahan dalam beberapa bulan namu, dapat juga bertahan lebih lama dengan
intensitas yang datang dan pergi. Pada beberapa kondisi, gejala delusi dapat
disertai dengan halusinasi. Misalnya, pada penderita delusi merasa bahwa organ
tubuhnya sedang membusuk dapat mengalami halusinasi berupa mencium bau busuk
yang sebenarnya tidak ada, atau merasakan sensasi lainnya yang berkaitan dengan
delusi.
Delusi dapat muncul sebagai gejala
dari gangguan mental psikosis pada tahap lebih serius. Dengan demikian, seorang
dokter dalam memeriksa pasien yang mengalami delusi biasanya mengevaluasi
kemungkinan penyakit lain, seperti skizofrenia, gangguan mood, atau masalah medis yang dapat memicu gejala delusi.
Terlepas dari semua itu, kita tidak
bisa mendiagnosa sendiri. Membutuhkan orang yang ahli, konsultasikan dengan
orang yang memang pada bidangnya seperti psikolog atau psikiater. Secara garis
besar psikolog menangani kasus kejiwaan berfokus pada terapi psikososial untuk
mengendalikan perilaku, pikiran dan emosi pasien tanpa menggunakan bantuan
obat-obatan. Sedangkan psikiater adalah dokter kejiwaan yang menangani
pasiennya menggunakan obat-obatan. Banyak orang yang enggan untuk datang ke
psikolog atau psikiater karena malu dan ada anggapan yang datang ke psikolog
atau psikiater hanya untuk ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa), padahal
kenyataannya tidak seperti itu. Seseorang yang ingin mengetahui IQ nya berapa
dengan pasti harus pergi ke psikolog untuk melakukan tes. Itulah pikiran yang
membunuh harapan. Jadi jangan segala sesuatu didiagnosa dengan sendiri, harus
dikonsultasikan dengan orang yang ahli di bidangnya.
Sumber: https://www.alodokter.com/sering-dianggap-sama-ini-perbedaan-ilusi-delusi-dan-halusinasi